Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Muallem mengatakan, badan intelijen Inggris membantu militan dalam melakukan serangan senjata kimia di Idlib. London, lanjut Muallem, menyelundupkan tabung bersi senjata kimia kepada militan.
Dalam sebuah wawancara dengan media setempat, Muallem mengklaim bahwa rencana militan adalah menggunakan tabung untuk melancarkan serangan gas terhadap warga sipil Idlib dan akan menyalahkan pemerintah Suriah atas kekejaman itu.
"Serangan ini ditujukan untuk melayani tujuan pemerintah Barat, termasuk AS, yang ini mempertahankan kehadiran ilegal mereka di Suriah," kata Muallem, seperti dilansir Spuntik pada Minggu (2/9).
Menurut Muallem, ada bukti jelas bahwa AS terus mendukung kelompok-kelompok teror termasuk ISIS dan Al-Nusra. Dia berspekulasi bahwa serangan senjata kimia bisa memberikan dalih untuk invasi ke Suriah oleh koalisi pasukan pimpinan AS.
"Bagaimanapun, bahwa Damaskus bertekad untuk membebaskan Idlib dari terorisme," ungkapnya, adn mencatat bahwa koridor kemanusiaan didirikan di bandara Abu al-Duhour untuk mengevakuasi warga sipil sebelum dan selama operasi yang akan dilancarkan pemerintah Suriah di Idlib.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow telah memberikan bukti dari rencana serangan senjata kimia palsu di Idlib ke PBB dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW).
"Kami telah menyajikan fakta-fakta konkret yang diperoleh dari berbagai sumber baik ke PBB dan ke Den Haag, di mana markas besar OPCW berada," kata Lavrov.
Lavrov mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa provokasi semacam itu sedang dipersiapkan. Dia kemudian menjelaskan bahwa kelompok-kelompok teroris bercokol di provinsi barat laut Suriah, termasuk Front al-Nusra Front sekarang dikenal sebagai Tahrir al-Sham, mencoba untuk menggagalkan pemisahan teroris dari kelompok bersenjata lainnya dengan segala cara.
SUMBER
Dalam sebuah wawancara dengan media setempat, Muallem mengklaim bahwa rencana militan adalah menggunakan tabung untuk melancarkan serangan gas terhadap warga sipil Idlib dan akan menyalahkan pemerintah Suriah atas kekejaman itu.
"Serangan ini ditujukan untuk melayani tujuan pemerintah Barat, termasuk AS, yang ini mempertahankan kehadiran ilegal mereka di Suriah," kata Muallem, seperti dilansir Spuntik pada Minggu (2/9).
Menurut Muallem, ada bukti jelas bahwa AS terus mendukung kelompok-kelompok teror termasuk ISIS dan Al-Nusra. Dia berspekulasi bahwa serangan senjata kimia bisa memberikan dalih untuk invasi ke Suriah oleh koalisi pasukan pimpinan AS.
"Bagaimanapun, bahwa Damaskus bertekad untuk membebaskan Idlib dari terorisme," ungkapnya, adn mencatat bahwa koridor kemanusiaan didirikan di bandara Abu al-Duhour untuk mengevakuasi warga sipil sebelum dan selama operasi yang akan dilancarkan pemerintah Suriah di Idlib.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow telah memberikan bukti dari rencana serangan senjata kimia palsu di Idlib ke PBB dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW).
"Kami telah menyajikan fakta-fakta konkret yang diperoleh dari berbagai sumber baik ke PBB dan ke Den Haag, di mana markas besar OPCW berada," kata Lavrov.
Lavrov mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa provokasi semacam itu sedang dipersiapkan. Dia kemudian menjelaskan bahwa kelompok-kelompok teroris bercokol di provinsi barat laut Suriah, termasuk Front al-Nusra Front sekarang dikenal sebagai Tahrir al-Sham, mencoba untuk menggagalkan pemisahan teroris dari kelompok bersenjata lainnya dengan segala cara.
SUMBER